SHARE

Istimewa

DBON sebagai Program Penunjang Prestasi Olahraga di Indonesia

Pada 9 September 2021, bertepatan dengan Hari Olahraga Nasional (Haornas), Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) direncanakan akan meluncurkan program Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).

DBON lahir berkat arahan dari Presiden Joko Widodo dan ditindaklanjuti oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali soal ekosistem pembinaan prestasi olahraga nasional.

DBON merupakan sebuah program pembinaan olahraga dari hulu hingga hilir yang diharapkan bisa mewujudkan kebugaran, di mana dengan banyaknya talenta-talenta yang bugar jenjang-jenjang selanjutnya mudah didapatkan, sampai puncaknya pabrikasi prestasi dapat tercapai.

"Prestasi tidak boleh seperti sekarang, by accident, hanya menemukan kemudian dipoles dan berhenti tidak ada kelanjutan. Prestasi harus dipabrikasi, pabriknya adalah DBON, talenta yang sehat dan bugar adalah bahannya," ujar Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali.

Selanjutnya Presiden Joko Widodo direncanakan akan meluncurkan langsung program DBON di peringatan Haornas tahun ini pada 9 September 2021.

Paradigma Indonesia dalam DBON ini juga sudah jauh menatap ke depan, bukan hanya mengejar prestasi pada level SEA Games maupun Asian Games. Tetapi sudah berorientasi pada Olimpiade maupun Paralimpiade. Dengan begitu, ajang-ajang regional hanya menjadi sasaran antara.

Dalam DBON, juga ditegaskan terdapat 14 cabang olahraga prioritas yang ditargetkan untuk bisa meraih medali di level Olimpiade ataupun Paralimpiade. Kerangka pembinaannya pun mengacu pada DBON. Menpora Amali memastikan bahwa DBON ini menjadi fondasi olahraga Indonesia.

"Ada 12 nomor Olimpiade yang menjadi unggulan, yaitu bulu tangkis, angkat besi, panjat tebing, panahan, menembak, karate, taekwondo, balap sepeda, atletik, renang, dayung, dan senam artistik. Sementara 2 yang dipersiapkan karena punya potensi besar yaitu pencak silat dan wushu. Jika Indonesia berhasil menjadi tuan rumah tentu mudah, sekarang masih perlu diperjuangkan untuk mendapatkan dukungan minimal 75 negara dan tersebar 5 benua. Untuk wushu relatif lebih mudah karena sudah didukung lebih dari 75 negara," jelas Zainundin Amali.

“Yang akan kami tempatkan di satu training camp nanti di Cibubur, dengan menerapkan sistem degradasi. Bagi cabor-cabor unggulan tapi tidak bisa berprestasi, maka kita akan degradasi. Semisal akan kita ganti dengan cabor lain," tambahnya.

Halaman :
Tags
SHARE