SHARE

Istimewa

Dengan kondisi seperti itu, membuat para nelayan harus menunggu air pasang terlebih dahulu ketika akan melaut maupun mendarat, sehingga butuh waktu lebih lama.

Selain dangkal, banyaknya sampah di muara juga membuat lalu lalang kapal nelayan tersendat dan bahkan harus menunggu berjam-jam ketika air laut sedang surut.

Tidak hanya di Cirebon, pendangkalan juga terjadi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, di mana 14 muara yang menjadi pelabuhan kapal nelayan kondisinya tidak jauh berbeda.

Bupati Indramayu Nina Agustina menyatakan pihaknya sudah meminta bantuan kepada Menteri Perikanan dan Kelautan, dengan menyampaikan ada 14 muara yang saat ini sudah sangat dangkal.

Pendangkalan sungai atau sedimentasi bukan hanya terjadi di muara saja, namun sepanjang aliran sungai yang berada di wilayah Cirebon, dan Indramayu juga mengalami hal sama.

Bahkan kondisi itu sering menjadi bencana bagi masyarakat sekitar, karena ketika hujan dengan intensitas tinggi, maka sungai tidak bisa menampung debit air, sehingga banjir pun tidak bisa terelakkan.

Keluhan nelayan lainnya yang juga disampaikan ke Presiden Jokowi, yaitu ketersediaan BBM jenis solar subsidi yang selama ini nelayan harus mengantre di SPBU, dan tak jarang mereka harus pulang dengan tangan hampa, karena tidak adanya pasokan solar.

Selain itu, mereka juga harus bersaing dengan truk dan kendaraan umum lainnya untuk mendapatkan perbekalan bahan bakar, sehingga terpaksa membeli dengan harga lebih mahal kepada para tengkulak agar tidak antre.

Untuk itu, mereka juga meminta dibangunkan stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN), agar permasalahan itu bisa segera teratasi.
 

Halaman :
Tags
SHARE