SHARE
1 / 2
2 / 2

istimewa

ekuel kedua sebetulnya telah memberi panggung terhadap sosok Nordstrom dan Phoenix, sayangnya kesempatan itu tak digunakan lebih baik. Penonton memang disuguhkan eksplorasi sosok Phoenix tetapi tidak dengan Nordstrom yang hanya tampak seperti sosok setengah matang.

Jika bicara soal intensi ketegangan sebagai ciri khas genre horror thriller, rasanya film pertama juga jauh lebih membekas di benak penonton daripada sekuel kedua.

Meski demikian, “Don’t Breathe 2” patut diacungi jempol dari segi laga. Cara Nordstrom membaca medan dengan mengandalkan indera pendengaran dan penciuman, caranya membaca lawan tarung, dan gerakan-gerakan perkelahiannya jauh lebih apik dibandingkan film pertama.

Sekuel kedua dari film “Don’t Breathe” ini sudah dapat dinikmati di bioskop tanah air sejak Jumat (15/10), setelah sebelumnya dirilis di Amerika Serikat pada Agustus lalu. Terlepas dari kekurangan-kekurangan itu, menonton “Don’t Breathe 2” di bioskop dengan “privilese” medium audio dan layar tentu dapat menghadirkan sensasi tersendiri bagi penonton.
 

Halaman :