SHARE

istimewa

Menurut anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D, upaya pelonggaran ekonomi melalui pembukaan mal dan tempat wisata pada saat situasi pandemi di Indonesia belum terkendali adalah kebijakan yang kontraproduktif.

Pertama, kasus konfirmasi di Indonesia mengalami tren penurunan pada Agustus ini di mana rata-rata 7 hari terakhir pada 26 Agustus sudah berada di tingkat 16 ribu kasus konfirmasi per hari jauh dibandingkan situasi puncak gelombang kedua yang mencapai 50 ribu kasus per hari pada pertengahan Juli. Tetapi angka kasus tersebut masih sangat tinggi lebih dari 4 kali lipat rata-rata kasus harian pada pertengahan Mei 2021.

Kedua, terjadi penurunan testing yang sangat tajam. Jumlah penduduk yang menjalani pemeriksaan menurun yang sebelumnya mencapai lebih dari satu juta penduduk per pekan pada pertengahan hingga akhir Juli menjadi 700 ribuan orang saat ini. Jadi penurunan kasus konfirmasi masih bersifat semu karena belum dapat menggambarkan situasi riil.

Ketiga, meski mulai menurun kasus kematian masih sangat tinggi. Dalam sepekan terakhir jumlah kematian rata-rata lebih dari 1.000 kasus per hari masih lebih tinggi hampir 8 kali lipat dibanding pertengahan Mei.

"Meskipun jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit dan angka BOR sudah sangat menurun, risiko masyarakat untuk terinfeksi belum berada pada level rendah," ujarnya.

Sementara perkembangan vaksinasi hingga 27 Agustus 2021 baru mencapai 17 persen penduduk yang menerima suntikan dua dosis dari populasi yang menjadi target atau hanya 13 persen dari total penduduk Indonesia.

Untuk itulah, menurut Taqin, pelonggaran kegiatan ekonomi secara lebih luas dalam kondisi seperti ini sangat berbahaya. Sebab memicu kembali mobilitas penduduk ke kota dan antar daerah, sementara varian Delta masih tersebar di berbagai wilayah Indonesia khususnya di kelompok masyarakat yang tidak mau memeriksakan dirinya untuk dites, tidak melakukan isolasi meski ada gejala dan menjadi kontak erat, serta tidak mau dirawat di rumah sakit meskipun bergejala berat.

Taqin merujuk mobilitas penduduk Indonesia berdasarkan data COVID-19 Community Mobility Reports dari Google sudah mengalami peningkatan dua pekan terakhir.

Dengan pembukaan kegiatan ekonomi secara lebih luas maka akan terjadi lonjakan mobilitas yang lebih besar yang memicu kembali penularan lebih masif di tengah-tengah masyarakat yang masih sedikit capaian vaksinasinya.

"Jika pemerintah tetap bersikukuh untuk cepat-cepat melakukan pelonggaran maka bukan tidak mungkin kita akan menghadapi gelombang ketiga ke depannya," ujarnya.
 

Halaman :