Sebelumnya, pada tanggal 3 Oktober, Israel telah memerintahkan penduduk Nabatieh untuk meninggalkan kota tersebut dengan alasan bahwa mereka akan segera menyerang instalasi Hizbullah di sana. Namun, beberapa penduduk dan pengungsi masih bertahan di wilayah tersebut.
Serangan udara di Nabatieh makin intens selama sepekan terakhir, dengan wilayah luas kota tersebut hancur oleh pengeboman. Pasar bersejarah era Ottoman yang berdiri sejak tahun 1910 turut hancur dalam serangan pada Minggu lalu.
"Ini adalah kehancuran besar. Senjata yang digunakan sangat merusak, tidak hanya merusak area target tetapi juga sekitarnya," ungkap Gubernur Turk.
Selain Nabatieh, Israel juga melancarkan serangan di wilayah Dahiyeh, di pinggiran selatan Beirut, setelah beberapa hari ketenangan di sekitar ibu kota Lebanon tersebut. Serangan terakhir di Beirut terjadi pada Kamis minggu lalu, yang menghancurkan satu blok apartemen dan menewaskan 22 orang, menjadikannya serangan paling mematikan di Beirut sejak 2006.
Sementara itu, Kantor Hak Asasi Manusia PBB pada Rabu menyerukan penyelidikan atas serangan udara Israel yang menewaskan 24 orang di desa mayoritas Kristen, Aitou, di Lebanon utara pada Senin. Serangan tersebut menghantam blok apartemen yang disewa oleh keluarga-keluarga yang mengungsi dari pertempuran di Lebanon selatan.
Semua korban yang tewas adalah pengungsi yang melarikan diri dari konflik di selatan.