SHARE

Sang juara (ditpsmp)

CARAPANDANG.COM - Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dalam Nawa Cita disebutkan bahwa pemerintah akan melakukan revolusi karakter bangsa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimplementasikan penguatan karakter penerus bangsa melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak tahun 2016.

Terdapat lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila, yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK; yaitu religius, nasionalis, integritas, mandiri dan gotong royong. Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri, melainkan saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi.

Pengarusutamaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) ini ditangkap oleh duet peneliti muda Dian Islamiati, Dhea Ananda dengan judul penelitian Tradisi Sagele sebagai Potensi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Bima. Penelitian ini dianugerahi medali perak Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) SMP bidang Ilmu Pengetahuan Sosial, Kemanusiaan, dan Seni.

Dalam latar belakang penelitian dari pelajar SMP Negeri 11 Kota Bima tersebut dijelaskan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan upaya pemerintah untuk memperkuat jati diri bangsa dan identitas bangsa. Untuk menanamkan karakter pada seseorang butuh proses panjang agar muncul manusia berkarakter. Bahwa di setiap lapisan masyarakat, di setiap daerah di Indonesia selalu ada kearifan lokal beserta nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi penduduknya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang tradisi Sagele sebagai potensi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.

Lantas apakah yang dimaksud dengan tradisi Sagele? Sagele merupakan tradisi menanam padi di ladang kawasan Bima yang menggunakan alat musik dan nyanyian. Jika dideskripsikan pelaksanaan tradisi Sagele terdiri dari:

1) Berdoa bersama

Untuk memohon pertolongan Allah agar diberi kemudahan, serta berharap apa yang diusahakan akan berhasil (raho pamao). Berdoa ini harus melibatkan “guru doa” yaitu orang yang dianggap makbul doanya.

2) Penanaman oleh tukang pina

Tukang pina adalah orang yang diupah untuk menanam benih, jumlahnya disesuaikan dengan besarnya lahan. Yang melakukan penanaman padi ini haruslah wanita dewasa dan tidak boleh laki-laki.

3) Musik Sagele

Alat musik yang digunakan diantaranya adalah Gambo dan Biola. Lagu yang dinyanyikan antara lain Haju Jati, Tembe Jao Galomba, Karendo, Kononco, Dali, Sijoli atau pantun-pantun lepas.

Seperti dilansir dari situs ditpsmp, dari tradisi Sagele tersebut terdapat potensi nilai pendidikan karakter yang dapat terwujud yakni:

1) Karakter Religius

Aspek religius sangat kentara dalam Sagele, sebab Sagele tidak dilaksanakan sebelum proses berdoa dilakukan. Sub karakter religius yang muncul antara lain: takwa kepada Tuhan YME, rasa syukur dan mencintai lingkungan.

2) Karakter Mandiri

Karakter mandiri sangat erat dalam Sagele ini, dimana yang paling dominan adalah adanya etos kerja yang tinggi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sub karakter mandiri yang tampak antara lain: kerja keras, kemampuan diri, daya juang dan profesional.

3) Karakter Gotong Royong

Karakter gotong royong dalam Sagele ini terwujud dalam kerja sama antara penanam padi dengan pemusik Sagele agar proses tanam menjadi cepat dan lancar. Sub karakter gotong royong yang muncul antara lain: kerja sama, tolong menolong, solidaritas, dan sikap kerelawanan.