SHARE

Dokumentasi - Banjir Bandang merendam rumah warga (istimewa)

CARAPANDANG.COM – Kota Prabumulih, Sumatera Selatan tergenang banjir bandang setinggi 1,5 meter setelah daerah itu semalaman diguyur hujan lebat.

Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori di Palembang, Kamis mengatakan, berdasarkan laporan sedikitnya ada 12 kelurahan di tiga kecamatan yang tergenang banjir dengan tinggi permukaan air rata-rata 1 sampai 1,5 meter.

Banjir di wilayah Kota Prabumulih akibat curah hujan yang sangat tinggi sejak Rabu (16/9) malam," kata dia.

Adapun empat diantaranya Kelurahan Mangga Besar, Kelurahan Anak Petai di Kecamatan Prabumulih Utara. Kelurahan Karang Raja, Kelurahan Muaradua di Kecamatan Prabumulih Timur dan Kelurahan Sukaraja di Prabumulih Selatan.

Secara spesifik Kepala Pelaksana BPBD Kota Prabumulih Sriyono mengatakan, banjir tersebut disebabkan curah hujan tinggi yang berlangsung selama lebih kurang dua jam, pada Rabu (15/9) malam sampai Kamis pagi, sehingga saluran pembuangan di wilayah ini tak mampu menampung debit air.

Selain itu, hujan deras juga menyebabkan aliran Sungai Kelekar meluap hingga menggenangi pemukiman-pemukiman warga di 12 kelurahan tersebut.

Pihaknya sudah mengerahkan tim ke lokasi banjir untuk mengevakuasi masyarakat sejak malam tadi hingga pagi ini.

Tidak ditemukan ada korban jiwa dalam bencana ini, hanya saja rumah yang tergenang air merusak sejumlah perabotan rumah tangga, perangkat elektronik dan kendaraan milik warga.

"Tim kami masih bersiaga bersama warga," ujarnya.

Banjir ini, merupakan bencana yang paling parah dari sebelum-sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir.

Warga menyakini selain disebabkan hujan lebat lebih dari dua jam, juga disebabkan drainase dan permukaan Sungai Kelekar juga mengalami pendangkalan dan dipenuhi banyaknya sampah rumah tangga.

"Ini (banjir) terparah dari sebelum-sebelumnya," katanya.

Setelah kejadian ini diharapkan adanya upaya penanggulangan seperti pembersihan massal saluran pembuangan air dan sungai-sungai, sehingga bisa mengeleminir bencana serupa terulang kembali, kata Hermawan.