SHARE

Muhammad Ridwan

CARAPANDANG.COM –  Menjadi guru harus didasari dengan hati yang iklas untuk mendidik. Jangan melihat murid pada saat itu, namun melihat jauh kedepan. Berprasangka baik, bahwa di masa depan mereka akan menjadi pribadi yang sukses dan keberadaannya akan menghadirkan manfaat bagi masyarakat luas.

Pada tulisan ini, penulis akan menceritakan kisah nyata. Kisah yang dialami oleh diri sendiri dan kisah guru yang lain.

Kisah pertama, penulis bersama kepala sekolah Muhammadiyah Se DKI mengadakan kunjungan ke perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Saat itu, kami didampingi oleh pengurus Majlis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta, Gufron Amirullah dan Fajar ASA.

Kunjungan tersebut difasilitasi oleh Chaidir Amir yang merupakan Sub Secsion Head Of Library Kemendikbud. Kunjungan tersebut dalam rangka mempelajari sistem pengelolaan perpustakaan di kementrian tersebut yang salah satu programnya adalah  sosialisasi aplikasi SLims (Sistem Aplikasi Online milik Kemendikbud) yang bisa diakses dan dijadikan sebagai rujukan pengelolaan perpustakaan masa kini.

Dalam sambutan  Chaidir Amir mengungkapkan diantara kepala sekolah yang hadir dalam pertemuan ini adalah guru yang telah mendidiknya. Guru yang dimaksud adalah Ahyar.

Bagi penulis ini merupakan pertemuan yang sangat mengharukan. Mengapa mengharukan, sebab murid yang telah didiknya telah menjadi pribadi yang sukses. Dan dia pun tidak melupakan jasa guru yang telah mendidiknya kepada guru-guru yang lain.

Kisah kedua, kisah yang penulis rasakan sendiri. Kisah tersebut ketika penulis diundang untuk mengisi ceramah di suatu masjid, ketika itu untuk ceramah ramadhan. Yang membuat saya terharu ternyata salah seorang pengurus DKM adalah guru agama saya waktu duduk di bangku SMP.

Saya dan guru saya sama-sama terharu. Tak menyangka kami dipertemuan pada saat saya menjadi pembicara, dan  guru agama saya menjadi salah satu jamaahnya. Dan sekaligus menjadi makmum saat saya menjadi imam sholat.

Dari dua kisah diatas inilah yang harus menjadi pelajaran bagi kita para guru. Dan saya sangat yakin masih banyak kisah-kisah yang serupa dialami para guru di seluruh Indonesia yang merasa bangga saat siswa atau siswinya suatu saat menjadi orang yang sukses dan memberikan manfaat  bagi yang lain.

Melihat kesuksesan mereka rasa lelah dan letih yang selama ini dilakukan tidak akan sia-sia, Pengabdian yang selama ini telah mereka lakukan untuk mendidik akan merasa sangat bernilai saat melihat para muridnya menjadi orang yang bisa dibanggakan.

Ada guru yang menjadi pasien dari murid yang pernah diajarnya. Ada guru yang menjadi penumpang pesawat dari siswa yang telah didiknya. Dan masih banyak kisah-kisah lainnya. Melihat seperti ini pasti guru akan merasa bahagia dan bangga, muridnya telah menjadi orang yang berguna bagi manusia yang lain.

Lelahnya  para guru akan terbayarkan dengan pahala yang tak pernah putus saat ilmu yang diajarkan menjadi bermanfaat (yantafa'uw bih) bagi masyarakat luas.

Maka itu dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian para guru di amal usaha  Muhammadiyah perlu dikokohkan semangat mengajar dengan hati.  mungkin kita saat ini menemukan siswa yang nakal, susah diatur, Jangan menyerah dan terus lah mengajarkan kebaikan dan menginpirasi mereka. Bisa jadi dimasa depan mereka akan berubah dan menjadi pribadi yang membanggakan dan kehadiriannya menebar manfaat bagi masyarakat, bangsa dan agama.

Coba para pembaca merenungkan saat dulu pernah belajar di sekolah, betapa bersyukurnya kita dididik oleh para guru yang ikhlas, berdedikasi, kreatif, inovatif, memahami psikologi  siswa dll. Sehingga kita menjadi seperti sekarang ini.

Saya akhiri tulisan ini dengan sebuah kalimat motivasi. "Tak ada orang hebat tanpa adanya Guru". (Amr)

*Penulis adalah Kepala SMA Muhammadiyah 5 Tebet/Kepala MKKS Muhammadiyah DKI Jakarta

Tags
SHARE