"Jadi bansos, BLT, LPG, BBM semua itu mau digabung di satu badan itu, dia yang harus come up with the right data, siapapun menerima yang tepat, itu paling tidak bisa cukup menghemat anggaran subsidi energi kita. Karena sekarang duitnya itu langsung ditransfer kepada rumah tangga yang betul-betul rentan itu. Jadi nggak bisa lagi dibeli bebas," tambahnya.
Dengan begitu, Anissa menekankan nantinya pemerintah tidak perlu lagi menyubsidi pada jenis produknya, melainkan dana subsidi tersebut bisa langsung diberikan pada masyarakat yang memang membutuhkan.
"Jadi yang menerima paling tidak betul-betul memang kelompok masyarakat yang rentan dan tidak bisa dinikmati lagi oleh kelompok masyarakat kaya. Jadi kalau dari pandangan saya pribadi, BLT itu memang that's the right thing to do at the moment untuk menghemat anggaran subsidi BBM itu," tandasnya.
Sebelumnya, Penasihat Presiden Bidang Energi, Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan skema subsidi energi yang saat ini berlaku termasuk subsidi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia belum tepat sasaran. Oleh karena itu, kemungkinan akan ada perubahan dalam skema subsidi tersebut.
"Betul itu dikatakan (perubahan skema subsidi) ... karena (subsidi saat ini) tambah gede," ujar Purnomo saat ditanya perihal subsidi energi termasuk untuk BBM dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang belum tepat sasaran, ditemui di sela acara Seminar Publik Centre For Science and International Studies (CSIS), di Jakarta, Selasa (22/10/2024).