"Meredanya ketegangan terkait tarif berdampak negatif pada harga emas ... Namun sejauh ini kami belum melihat likuidasi besar-besaran," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, kepada Reuters.
Namun, dia mengingatkan jika harg emas bisa kembali naik. Emas, yang secara tradisional dipandang sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, mencatat rekor tertinggi sebesar $3.500,05 per ons dan telah naik lebih dari 25% sepanjang tahun ini, didorong oleh ketegangan dagang AS-China dan permintaan yang kuat dari bank sentral.
"Namun, kami tahu bahwa mereka terus melakukan pembelian saat harga turun dalam beberapa sesi terakhir, jadi kami pikir emas dapat kembali melanjutkan tren naiknya." Imbuhnya.
China sedang mempertimbangkan untuk mengecualikan beberapa impor AS dari tarif sebesar 125% dan telah meminta pelaku usaha untuk mengidentifikasi barang-barang yang dapat memenuhi syarat.
Awal pekan ini, Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan adanya de-eskalasi dalam perang tarif timbal balik, dengan menyebut bahwa pembicaraan langsung sudah berlangsung.
Pelemahan emas juga dipicu oleh kembali menguatnya dolar AS. Indeks dolar menguat ke 99,59 pada akhir pekan ini atau posisi tertingginya dalam lima hari.
Pembelian emas dikonversi dalam dolar AS. Menguatnya dolar AS membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri. dilansir cnbcindonesia.com