Beranda Suara Senayan Wakil Ketua MPR: Energy Transition is A Must dan Kita Tidak Bisa Menghindarinya

Wakil Ketua MPR: Energy Transition is A Must dan Kita Tidak Bisa Menghindarinya

Politisi PAN ini yakin transisi energi akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi.

0
Ilustrasi/ Istimewa

Atas dasar ini, dia memaparkan berbagai strategi yang penting dan perlu dilakukan untuk mempercepat transisi energi menuju energi hijau.  Doktor Ilmu Politik UI ini menjelaskan,  RUPTL PLN 2025-2034 sudah menargetkan penambahan 69,5 GW pembangkit baru di mana 43 GW berasal dari Energi Baru dan Terbarukan

“Bahkan dalam RUPTL PLN 2025-2034 kita juga sudah memasukkan rencana pembangunan 0,5 GW energi nuklir modular, yang sifatnya bersih, stabil, dan aman sebagai komitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan industri dengan tetap menyediakan energi bersih,” jelasnya.

Politisi PAN ini yakin transisi energi akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Apalagi berdasarkan  RUPTL 2025-2034, sektor-sektor baru yang muncul dari transisi?"seperti EBT, kendaraan listrik, industri baterai, dan bioenergi?"berpotensi menciptakan lebih dari 1,7 juta pekerjaan hingga 2034.

“Dalam posisi kami sebagai Pimpinan MPR RI maupun Anggota Komisi XII DPR RI terus mendorong kebijakan fiskal dan investasi agar menyasar sektor-sektor yang mendukung ekonomi hijau, termasuk riset energi bersih, kawasan industri rendah karbon, dan penyediaan green financing,” terangnya.

Di forum yang dihadiri stakeholders bidang iklim internasional itu, Eddy juga menyampaikan pentingnya pembenahan tata kelola ekonomi karbon di Indonesia yang melibatkan 4 kemenko serta 12 kementerian teknis. Sehingga dirasakan perlu adanya integrator yang mampu memangkas jalur birokrasi dan prosedural di masing-masing kementerian dan lembaga. 

"Oleh karena itu kami mendorong dibentuknya Badan Ekonomi Karbon dan Penanganan Krisis Iklim guna melaksanakan integrasi kebijakan lintas sektor menuju transisi rendah emisi,” katanya. 

Menutup pernyataannya,  Wakil Ketua Umum PAN ini memberi pesan bahwa ketertinggalan dalam langkah dan kebijakan transisi energi akan membuat Indonesia kehilangan peluang ekonomi. “Banyak investor ingin masuk ke Indonesia, tapi karena kita belum punya sumber energi hijau yang cukup, mereka pindah ke Vietnam, Laos, atau Kamboja. Bahkan produk ekspor kita pun akan ditolak atau dikenakan pajak karbon jika tidak memenuhi standar emisi," katanya. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Teratas

Berita Terkait
Berita Terkait