“Tantangannya adalah menjembatani sisi ilmiah dengan sisi bisnis. Tapi dengan dukungan asosiasi seperti Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) dan Himpunan Pengembangan Ekosistem Alat Kesehatan Indonesia (Hipelki), akhirnya kami menemukan mitra industri yang tepat,” pungkas Fatah.
Riset yang Hidup untuk Masyarakat
Baik Cur-Ko Smart maupun bovine bone graft menjadi bukti bahwa riset di kampus bisa bergerak melebihi meja laboratorium. Melalui LPPM UNS, inovasi itu berhasil menyeberang ke industri dan memberi dampak luas, dari meningkatkan daya saing produk lokal hingga memperkuat layanan kesehatan nasional.
Langkah-langkah ini mencerminkan semangat LPPM UNS untuk terus memperkuat ekosistem hilirisasi di perguruan tinggi—mendorong kolaborasi antara akademisi, industri, dan masyarakat. Karena pada akhirnya, riset bukan hanya tentang menemukan sesuatu yang baru, tapi juga tentang menghidupkan pengetahuan agar benar-benar memberi arti bagi kehidupan. dilansir kemendiktisaintek.go.id